Selasa, 01 April 2014

bio gas semarang an

“ Bio Gas Solusi LPG Naik”
Seperti yang kita ketahui,masalah yang sedang terjadi di Indonesia sangatlah banyak. Antara lain harga LPG yang meningkat signifikan (Rp. 76000,- menjadi Rp. 95000,- di pasaran) Sedangkan hampir 100% masyarakat Indoneia menggunakan LPG untuk berbagai keperluan. Sehingga mau tidak mau harus menerima harga LPG yang baru. Seperti halnya BBM,harga naik semua pengguna mau tidak mau harus menerimanya. 
Kalau kita analisa sebetulnya kita memang ketergantungan terhadap sumber api yang dihasilkan dari kompor. Alternatif penggunaan kompor listrik dan kompor batu bara dinilai kurang efisien dn kurang ekonomis. Alternatif penggunaa biogas sebagai pengganti LPG,bisa dijadikan jalan keluar terhadap ketergantungan LPG.
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, & H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas yang utama yaitu kotoran ternak Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain 1 m3 Biogas setara dengan 0,46kg LPG/0,62lt minyak tanah.
Reaktor biogas yang banyak digunakan adalah model sumur tembok dengan bahan baku kotoran ternak & manusia serta limbah pertanian.
Negara Indonesia Mulai diperkenalkan pada tahun 1970-an, pada tahun 1981 melalui Proyek Pengembangan Biogas dengan dukungan dana dari FAO dibangun contoh instalasi biogas di beberapa provinsi. Penggunaan biogas belum cukup berkembang luas antara lain disebabkan oleh karena masih relatif murahnya harga BBM yang disubsidi, sementara teknologi yang diperkenalkan selama ini masih memerlukan biaya yang cukup tinggi karena berupa konstruksi beton dengan ukuran yang cukup besar. Mulai tahun 2000-an telah dikembangkan reaktor biogas skala kecil (rumah tangga) dengan konstruksi sederhana, terbuat dari plastik secara siap pasang (knockdown) dan dengan harga yang relatif murah. Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak kemudian sebagai bahan pengganti bahan bakar minyak (bensin, solar). Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman / budidaya pertanian. Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut mengingat cukup banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda, yaitu 11 juta ekor sapi, 3 juta ekor kerbau dan 500 ribu ekor kuda pada tahun 2005. Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan + 2 m3 biogas per hari. Di samping itu pupuk organik yang dihasilkan dari proses produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak kecil pula.
Langkah membuat biogas sangatlah mudah,bisa dilakukan oleh semua kalangan. Pertama buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1:1. Kemudian campuran tersebut didiamkan dalam wadah plastik selama 10hari. Pada skala besar pendiaman/fermentasi dilakukan dalam sebuah reaktor,sehingga suhu,tekanan udara,dan kelembapan lebih terjaga. Setelah 10 hari wadah akan nampak mengembung dan mengeras,hal ini membuktikan terbentukgas di dalam reaktor. Gas yang terbentuk ini bisa langsung digunakan tanpa perlu perlakuan khusus terlebih dahulu. Biasanya pada skala kecil wadah fermentasi biogas langsung disambung selang yang menyambun langsung ke kompor. Sedangkan pada skala besar,biogas dari reaktor pada outlet reaktor diteruskan ke tabung LPG kosong melalui selang. Sehingga gas langsung masuk ke LPG.
Didaerah Semarang biogas sudah diterapkan di tandang dengan menggunakan limbah tahu. Limbah tahu yang dihasilkan berbentuk cair. Limbah ini kemudian diendapkan,baru kemudian ditambah bakteri khusus yang mampu mengurai komponen dalam limbah menjadi gas. Kemudian dari wadah fermentasi biogas langsung disambung selang ke sebuah tabung dalam keadaan vaccum.baru kenmudian dari wadah vacum ini langsung disambung selangke masing-masing rumah. Satu industri tahu skala rumah tangga mampu menghasilkan lebih dari 100lt limbah tahu/hari. Dan mampu membentuk biogas yang mampu mencukupi kebutuhan 40 rumah/hari. Sedangkan limbah padat dari fermentasi biogas bisa langsung digunakan sebagai pupuk. Sedangkan di daerah Tandang terdapat lebih dari 30 industri tahu. Namun hal ini tidak berjalan secara continue. Disebabkan munculnya rasa takut dari penduduk apabila terjadi ledakan pada tabung biogas. Sehingga bisa menghancurkan satu kampung seketika. Selain itu di daerah dekat tabung sering muncul bau tidak sedap(bocornya biogas) sehingga penduduk merasa kurang nyaman. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah setempat kurang mendukung dengan ide biogas.  Selain biogas dari limbah tahu,di daerah Brotojoyo Semarang juga terdapat industri biogas dari hasil sepitanc dari MCK setempat.

Nyala api dengan bio gas dan dengan LPG tidak berbeda,dan juga tidak menimbulka bau. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kita mampu swasembada kebutuhan gas tanpa ketergantungan dari LPG. Karena biogas juga dapat dibuat dari sepitanc rumah tangga juga. Namun mengapa sudah tau mampu,kenapa belum ada yang menjalankan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar